Berita hot pasti - Ketika orgasme terjadi, jari-jari kaki biasanya dalam posisi melengkung (toe-curling orgasm). Kondisi ini menggambarkan seks yang begitu memuaskan dan orgasme yang kuat sehingga jemari kaki melengkung. Ini juga didorong kesenangan yang terjadi di seluruh tubuh.
Pakar kesehatan perempuan Sherry A Ross menjelaskan, toe-curling sebagai respons otot alami dan refleks yang mungkin terjadi tepat menjelang orgasme.
"Ini mungkin tidak dijelaskan ilmiah secara terperinci, tetapi saat beberapa wanita mengalami orgasme, jari-jari kaki mereka melengkung sebagai bentuk penantian menyenangkan dan perasaan sukacita," kata Ross, dikutip dari Shape Magazine, Kamis(21/11/2019).
"Otot di seluruh tubuh berpartisipasi dalam pengalaman seksual, termasuk jari-jari kaki Anda."
Orgasme adalah pelepasan ketegangan pada puncak siklus respons seksual. Otak melepaskan neurotransmitter dopamin dan oksitosin — dua hormon yang bertanggung jawab untuk kesenangan dan ikatan.
Karena tubuh dan otak saling terhubung, kontraksi pada jari-jari kaki juga ikut beraksi. Apalagi setiap otot dalam tubuh ikut menjadi bagian merasakan orgasme yang terjadi.
Seks dan Sistem Saraf
Seluruh saraf terhubung dengan sistem saraf organ pada tubuh. Saraf mengirimkan sinyal melalui sumsum tulang belakang ke otak, yang menggunakan serangkaian neurotransmitter yang kompleks.
Tulang belakang layaknya pembawa pesan yang membawa perasaan senang, sakit, takut, rileks, aman, dan lainnya.
Pesan tersebut dikirim dari otak ke bagian tubuh yang lain. Pada gilirannya, otak mengirimkan pesan balasan ke sumsum tulang belakang, yang menghasilkan perasaan di daerah di mana pesan itu dikirim.
"Selama fase orgasme, banyak sistem saraf dalam tubuh yang 'dibangunkan' dan distimulasi," jelas Sherry.
Melengkungkan jari kaki saat orgasme dapat dikatakan efek samping dari sistem saraf, yang mengontrol semua proses tidak sadar dalam tubuh Anda, seperti bernapas, detak jantung, dan pencernaan.
"Jari kaki yang melengkung pada beberapa orang sebagai refleks tidak disengaja," tambah Direktur The Center of Erotic Intelligence, Mal Harrison. "Hal yang sama dapat terjadi tatkala kita merasakan sakit, stres atau ketika kita mengalami sensasi yang menyenangkan, tidak harus seks ya."