BERITA HOT PASTI - Menjalin hubungan dengan seseorang yang susah mengontrol gairah seks sudah tentu penuh risiko. Disinggung oleh psikolog seksual Zoya Amirin, salah satu dampaknya adalah sulit menilai kecocokan.
"Kebanyakan orang yang memulai dengan seks, biasanya yang lainnya jadi blur," kata Zoya di program 'e-Life' detikcom baru-baru ini.
Zoya mencontohkan, bisa saja seseorang sangat memuaskan ketika di atas ranjang. Tetapi di sisi lain, komunikasi di luar ranjang sulit terjalin dengan baik.
"Banyak banget orang yang di ranjang enak, tapi di luar ranjang nggak bisa diajak ngomong, berantem melulu," kata Zoya.
Menurut Zoya, yang sebaiknya dilakukan dalam hubungan adalah membina relationship dan afeksi terlebih dahulu. Baru setelah ada kecocokan, seks jadi pertimbangan paling akhir.
"Kadang-kadang orang bertahan karena seksnya enak, tapi habis itu jadi toxic relationship-nya," pesannya.
Pacar 'Nafsuan' Melulu, Normal Nggak Sih?
Bagi yang belum menikah, terkadang sulit menahan gairah seksual yang muncul. Menurut psikolog seksual Zoya Amirin, nafsu atau gairah seksual antara pria dan wanita umumnya berbeda.
Seperti yang diketahui, pria umumnya lebih agresif. Hal ini rupanya berkaitan dengan sifat sperma mereka.
"Laki-laki itu sesuai dengan sifat spermanya, sifat sperma laki-laki itu kan sangat agresif ya punya kecepatan 40 km/jam, itu yang membuat laki-laki relatif lebih agresif," jelasnya.
Sementara perempuan, menurut Zoya, cenderung lebih pemilih. Pemilih dalam arti menerima orang-orang yang mendekati mereka.
"Sesuai dengan indung telurnya, ya perjalanannya dia dari mulai diproduksi di ovarium, dia keluar ya menjalani tuba falopi, nempel di rahim, dia menunggu, dia menseleksi dari jutaan sperma, memilih satu yang jadi pembuahan, itu yang membuat perempuan cenderung kaya juri, mereka pemilih," lanjutnya.
Jadi wajarkah bila pasangan cenderung nafsuan?
"Ketika Anda sudah mimpi basah, sudah menstruasi, artinya sudah aktif secara seksual," jawab Zoya.
"Kalau dalam term (istilah) psikoseksual adalah mereka yang sudah bisa hamil dan menghamili," lanjutnya.
Namun, hal ini tentu ada batasannya. Menurut Zoya, perlu ada konsensual atau persetujuan masing-masing pasangan untuk sepakat pada batasan aktivitas seksual apa saja yang mau dilakukan.
Lain hal jika pasangan cenderung melakukan pemaksaan, bebas melakukan sesuatu semaunya. Zoya berpesan, kebiasaan ini bahkan bisa lebih buruk saat sudah menikah.
"Pada saat dia belum halal saja dia belum bisa mengelola seksualitasnya, saat dia halal bisa terjadi pemerkosaan dalam rumah tangga," sebut Zoya.
"Jadi pemaksaan-pemaksaan yang ada sebelum pernikahan, itu akan membuat kita lebih chaos lagi saat rumah tangga," pungkasnya.